Tidakkah Kau Lelah Menjadi Orang Lain?

“Tidakkah kau lelah menjadi orang lain?”

“Kenapa aku disebut menjadi orang lain?”

“Kau suka sekali berpura-pura. Melakukan hal berbeda di belakang sebagian orang, tidak menjadi dirimu sendiri.”

“Oh, soal itu.”

“Lantas, tidakkah kau lelah berpura-pura? Menjadi baik terus menerus kan perlu usaha ekstra?”

“Aku sebenarnya tidak berpura-pura. Hanya saja, tidak semua sisi kuperlihatkan. Aku lebih suka menampakkan sisiku yang terang. Sisi yang menurutku gelap, baiknya kusembunyikan dari mereka.”

“Kau nampak seperti pembohong kalau begini. Kau tidak capek jadi pembohong?”

“Aku rasa semua orang tidak ingin jadi pembohong atau sembunyi-sembunyi. Tapi, kadang kala, jika kau telalu mencintai seseorang, kau tidak ingin melihat mereka kecewa. Jadi, ada beberapa hal yang tidak kau perlihatkan.”

“Kalau mereka juga mencintaimu, tentu mereka menerimamu dan tidak akan kecewa. Kau juga bukan membunuh orang, kan?”

“Bagaimana kau bisa tahu isi kepala mereka? Aku yang terlibat di hidup mereka saja tak yakin. Lagipula, aku kan sudah bilang bahwa saat kau mencintai seseorang, kau tidak ingin melihat mereka kecewa. Bahkan membayangkan mereka kecewa pun kau pastinya enggan.”

“Kalau nyatanya mereka ternyata tidak kecewa dan itu cuma pikiranmu saja bagaimana?”

“Biarlah, itu lain cerita. Boleh dibilang aku menjadi orang lain semata-mata agar aku behenti membayangkan kekecewaan yang mungkin nampak di raut muka mereka.”

Leave a comment