Ibu, semalam aku dibawa pergi oleh seorang lelaki. Ia tidak tampan namun cukup berani. Dan seingatku, ia sangat tahu cara menjaga harga diri.
Ibu, ia memintaku menjadi pasangan sehidup semati.
Ia juga memaksaku kawin lari, sebab ibu tak kunjung merestui.
Ibu, bibirnya lembut, harum napasnya wangi.
Ia juga tidak terburu-buru saat tubuh telanjang kami saling mengisi.
Ibu, ternyata aku masih dalam perjalanan yang cukup jauh untuk sampai pada bahagia yang hakiki.
Doakan aku segera tiba karena sakit sudah tak mampu diterima hati.
Ibu, kau mungkin benar, jika menyebutnya babi.
Ia berubah sejak aku tak kunjung berisi.
Ternyata ia menginginkan aku sebagai penyelamat harga diri.
Pria itu butuh bayi agar tak dibilang banci.
Ibu, kalau nanti aku tak kunjung bahagia meski hampir mati, tolong bilang padanya kalau mulai sekarang aku menganggapnya babi, bukan suami.